Kamis, 10 November 2016

REVIEW THE RED PYRAMID

Review : The Red Pyramid oleh Rick Riordan


Palembang, 10 November 2016

Judul : The Red Pyramid
Judul Asli : The Red Pyramid
Pengarang : Rick Riordan 
Penerjemah : Aditya Hadi 
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Mizan Fantasy
Tebal : 518 halaman
Diterbitkan pertama kali : September 2010
Format : Paperback
Target : Semua Umur

Genre : Fantasy 
Serial : The Kane Chronicles, buku ke-1
Web pengarang : Click here
Beli di : Mizan , BukukitaBukabuku






Sinopsis : 


Sang manusia api melambaikan sebelah tangannya. Lingkaran biru di kaki ayah menjadi gelap. Ayah berusaha meraih kotak peralatannya dengan susah payah, namun kotak itu tercecer di lantai. Dengan jentikan tangannya yang lain, manusia api itu menyulap sebuah peti mati bercahaya yang mengurung ayah kami. Ayah menatapku untuk terakhir kalinya, dan menggumamkan sebuah kata:

LARI!

Yang disaksikan Carter dan Sadie malam itu benar-benar mimpi buruk. Seorang manusia api mengurung ayah mereka di dalam sebuah peti mati dan menenggelamkan peti itu ke dalam bumi.
Kedua kakak beradik itu pun terjebak dalam sebuah petualangan menegangkan yang akan menguak rahasia keluarga mereka.

Sebelum menghilang, ayah mereka telah membangkitkan lima dewa Mesir kuno. Dan kini, salah satu dewa Mesir yang suka membuat onar, Set, mengincar nyawa Carter dan Sadie. Dengan hanya berbekal sedikit pengetahuan tentang kekuatan magis yang mereka miliki, mereka terus berjuang untuk menyelamatkan diri mereka dan mencari ayah mereka. Mengapa Set mengincar nyawa mereka? Mampukah mereka menemukan ayahnya?
 
Review


Kayaknya saya termasuk yang telat banget baca karya Om Rick Riordan. Dan itu juga saya mulai bukan dari seri Percy Jackson yang legendaris itu (sampai dibuat filmnya, lho. Dan kayaknya di fanpage Mizan sendiri, pertanyaannya pasti ga jauh - jauh dari seri Percy Jackson), melainkan dari seri Kane Chronicles. Dan.. saya nyeseeeeel banget ngga baca ini sejak dulu. Padahal bukunya sendiri sudah ada sejak bulan Januari 2012 X) (bisa dibaca proses saya mendapatkan buku ini di "Berburu buku di Leksika"). Istilah"blown away" kayaknya pas lah buat menggambarkan perasaan saya sehabis baca ini . Penasaran kenapa?



Inti cerita The Red Pyramid adalah petualangan dua bersaudara Kane, Carter (14 tahun) dan Sadie (12 tahun) yang harus menyelamatkan dunia setelah ayah mereka membangkitkan lima dewa - dewi Mesir Kuno (Osiris, Isis, Horus, Set dan Nephtys). Dalam perjalanan mereka, Carter dan Sadie mendapati kalau mereka itu keturunan para Fir'aun dan tubuh mereka bisa menjadi perantara dewa, dimana Carter dirasuki Horus, sedangkan ibu Horus, Isis memasuki tubuh Sadie. Ayah mereka dirasuki oleh Osiris dan ditawan oleh Set yang jahat. Sembari mempelajari kemampuan baru mereka dalam sihir dan ilmu bertarung, Carter dan Sadie yang dibantu oleh Dewi Kucing, Bast, harus berpacu dengan waktu. Pertama, menyelamatkan ayah mereka yang disandera Set. Kedua, menghalangi ambisi gila Set untuk menguasai dunia dengan piramida merahnya di kota Phoenix. Dan mereka berdua cuma punya waktu lima hari untuk itu. Sementara di sisi lain, Dewan Kehidupan,  orang - orang yang menentang keras campur tangan dewa juga terus menghalangi Carter dan Sadie.

Huff, dari inti ceritanya saja sudah berasa serunya ya? Om Rick ngga tanggung - tanggung pas membuka adegan di The Red Pyramid. Kalau istilah bahasa Inggrisnya sih, "it starts with a bang!". Adrenalin kita sudah dipacu sejak awal ayah Carter, Julius, dan Carter tiba di London. Misteri sudah menyelimuti pikiran pembaca, kita dibuat menebak - nebak apa yang akan dilakukan dua orang ini. Dan, jangan salahkan Om Rick, kalau kita dibuat ngga berhenti sama sekali membaca, ga sabaran membalik halaman - halaman yang ada dalam buku the Red Pyramid, karena ingin tahu apa yang terjadi pada Carter dan Sadie.


The Red Pyramid diceritakan dari POV (Point of View, sudut pandang) orang pertama. Karena tokoh utamanya ada dua, maka cerita di The Red Pyramid (TRP) diceritakan bergantian dari sudut pandang Carter dan Sadie. Lucunya, di awal - awal buku udah diceritakan kalau semua tulisan di buku TRP ini berdasarkan rekaman audio dari Carter dan Sadie. Maka, jadi lucu banget saat melihat Carter dan Sadie rebutan mix untuk menceritakan kejadian yang terjadi pada mereka. Keduanya bergantian bercerita, dimana masing - masing kebagian jatah yang cukup adil. Tiap dua bab berganti POV. POV orang pertama ini juga membuat kita jadi paham bagaimana karakter Carter dan Sadie.

Carter, hmm dia bener - bener tipikal cowok remaja yang masih nanggung. Walau saya sendiri ngga terlalu tahu tentang gimana perilaku cowok pada umur 14 tahunan (kayaknya saya pas itu lebih tertarik buat naksir mereka, ketimbang mempelajari mereka X) ).Rasa keadilan Carter cukup kuat, tapi layaknya remaja, dia juga bisa panik saat menghadapi musuh. Belum lagi penampilannya yang khas orang Africa-Amerika, beda dengan Sadie, bikin Carter lumayan minder. Carter menguasai ilmu pedang, sedangkan Sadie menguasai sihir, disini sih, saya bisa lihat kalau Om Rick juga memasukkan unsur "sword and sorcery" salah satu cabang genre fantasy dalam TRP, selain mitologi Mesir yang jadi dasar cerita tentu saja.

Sadie, naaah, ini dia tokoh kesukaan saya :D. Ini cewek beneran masih umur dua belas tahun? :O Kok sikapnya ngga kayak anak umur 12 tahun yah (terus kamu dulu pas umur 12 gimana Ren? XD). Sadie cenderung meremehkan Carter, tapi bisa dimaklumi karena setahun hanya ketemu dua kali setelah kematian sang bunda. "Suara" Sadie sangat "renyah", menyegarkan dan enak buat dibaca, level sarcasmnya tinggi, jauh lebih tinggi ketimbang Carter. Tapi itu juga menggambarkan Sadie yang kesepian, iri pada Carter dan mendadak disodori masalah bertubi - tubi, sampai harus menguasai dirinya sendiri dari Isis. Saya rasa sebagai anak umur 12 tahun, Sadie ini keren. Pakai banget. Karena POVnya bergantian, maka ceritanya terkadang jadi overlapping. Di bagian Carter suka menceritakan kembali apa yang terjadi pada Sadie, dan begitu juga sebaliknya.


Karakter yang lain, macam Amos Kane, para anggota Dewan Kehidupan yaitu Zia, Desjardins, Iskandar, dan para dewa, Bast, Thoth, Isis, Horus, Anubis, sampai dengan yang minor - minor macam Sekhmet, Sherqet, Nut, Geb dan Sobek, diceritakan dengan cukup baik. Karakter pendukung favorit saya adalah Bast, sang Mata Ra. Bast ini semacam pelindung Sadie dan Carter, serta setia sama mereka berdua. Lalu ada Khufu, si babun penggemar klub basket Lakers yang cuma bisa "agh ugh agh ugh" aja dan Philip dari Makedonia. Philip ini unik karena dia adalah.. buaya :|.

Om Rick berhasil bikin kita bertanya - tanya, mana sih yang musuh, mana yang kawan. Apakah Set itu bener - bener jahat? Kalau dia jahat, kenapa Thoth bilang kalau Set juga dibutuhkan, bahkan dulunya dia adalah letnan Ra, sang dewa Matahari. Banyak sekali hieroglif di buku ini, yang sayang saya ga sempat crosscheck bener ngganya. Begitu juga mitos dewa dan kehidupan masa Mesir Kuno, Om Rick sih bilangnya beberapa fakta, namun pasti sudah dia modif biar sesuai sama ceritanya. Yang jelas, kalau suka mitologi Mesir, ngiler deh baca buku ini :P~.  Sangat - sangat jarang saya baca karya orang luar negeri yang based on Egypt myth. Salah sedikit dari pengarang yang memakai mitologi Mesir adalah Sherrilyn Kenyon. Agatha Christie juga pernah memakainya untuk novel "Ledakan Dendam".Sadar atau tidak, mitologi Mesir ini menurut saya adalah akar dari mitologi - mitologi dunia karena banyaknya kesamaan dengan mitologi negara lain seperti Mitologi Yunani dan Maya.

Yang suka romance, ehm, ini kan buat semua umur, jadi ya ngga terang - terangan dooong :P. Ada hintsromansa antara Carter dan Zia, lalu antara Sadie dan Anubis yang bikin si Sadie dag dig dug. Saya cuma mikir, "aih kalian ini masih anak - anak, ngapain mikir cinta? =__=". Dan juga "hoo indahnya yang lagi jatuh cinta".  X)))

Kelemahan TRP.. hmmm, saya merasakan sekali tema - tema yang sudah agak sering dipakai. Apa itu?


- Tidak adanya peran orang tua

Apa karena Harry Potter kehilangan orangtuanya sejak kecil, maka seolah peran orang tua di novel fantasy anak - anak dihilangkan? Ngga cuma di TRP ini, serial The Secret of Immortal Flamel yang saya rasa agak - agak mirip dengan buku ini juga sama. Seakan orang tua bukanlah hal yang penting, anak - anak remaja dibiarkan menghadapi masalah mereka sendiri dengan dibantu orang asing, yang nantinya malah jadi pengganti figur ortu. Entahlah, saya kurang sreg aja.

- Waktu yang sangat singkat.
TRP ini mau ngga mau ngingetin saya sama seri The Secret of Immortal Flamel. Semua kejadiannya dalam waktu cuma lima hari, wew!! Mentang - mentang dirasuki dewa, Carter sama Sadie mendadak jadi super duper kuat, sampai tidur bentar aja ngga pingsan. Iya, saya tahu ini cuma fantasy. Tapi, akan lebih enak kalau waktunya tidak terlalu cepat. Mungkin bisa 1-2 minggu minimal (ini kok malah nawar :P)

- Dialog super duper cheesy
Ini banyak dipakai sama yang antagonisnya. Macam "namaku adalah bla, bla,bla. Aku akan membunuhmu, ha ha, hahaha". Yah semacam itu deh. Apa karena dibuat untuk semua umur, makanya beberapa bagian, jatuhnya cheesy.

Kelemahan TRP ada lagi, yaitu di terjemahannya. Saya ga bilang kalau terjemahannya jelek, bagus malah. Cuma banyak "cacat"nya, kayak typo dan pemenggalan kata yang ngga sesuai. Beberapa kalimat terjemahannya juga menurut saya agak kaku. Lalu, ada satu hal yang membuat saya mengernyit, yaitu kata "kilt". Siapa yang tahu kilt"? Nah, apa orang Mesir jaman dulu pake "kilt"? Sementara setelah saya ubek - ubek internet, "kilt" itu asalnya dari Skotlandia, bahkan sejarahnya juga dari Skotlandia abad 16. Kalau menilik asal kata kilt, itu juga dari bahasa Skandinavia. Loh, loh, mana hubungannya sama Mesir?Dari penerjemahnya sih memakai kata "kilt" yang menurut saya itu ngga tepat aja, dan penggunaan kata "kilt" ini cukup mengganggu saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar