Kamis, 10 November 2016

REVIEW THE MAZE RUNNER

Resensi Novel; The Maze Runner – James Dashner


Palembang, 10 November 2016


Image result for cover novel the maze runner

Judul: The Maze Runner
Penulis: James Dashner
Genre: Fantasi, Dystopian Fiction
Jumlah Halaman: 532 Halaman
Penerbit: Mizan Fantasi
Penerjemah: Yunita Candra
Tahun: 2011
ISBN : 978-433-655-7
Buku ini adalah buku karya James Dashner, seorang penulis asal Georgia yang kini tinggal di The Rocky Moutains. Ia adalah seorang penulis #1 New York Times Bestselling Series, yaitu The Maze Runner, The Scorch Trials, The Death Cure, dan The Kill Order. Selain karya-karya berikut, ia juga menulis beberapa buku lainnya seperti The Eye of Minds, dan The Rule of Thoughts.
  
Maze Runner adalah salah satu dari seri bestsellernya. Buku ini bercerita tentang Thomas, sang karakter utama yang tiba-tiba dikirim ke sebuah tempat bernama Glade. Sesampainya di Glade, ia tak dapat mengingat apapun. Ia bahkan tak mengingat nama belakangnya. Satu-satunya yang dapat ia ingat adalah, namanya Thomas.
Glade mirip dengan sebuah pedesaan yang dikelilingi oleh dinding batu yang amat tinggi. Dinding-dinding itu dikelilingi lagi oleh maze. Lorong-lorong bebatuan yang rutenya berubah setiap malam. Dan tentu saja, dinding-dinding batu itu berada di sana dengan sebuah alasan. Entah itu untuk mengurung mereka– menjadikan mereka sebagai tahanan, atau… Melindungi mereka dari apapun yang ada di dalammaze. Di dalam buku ini, Thomas, bersama dengan para Glader yang lain menelusuri maze untuk mencari jalan keluar.
Buku ini adalah buku yang menarik. Sang pemeran utama mengidap amnesia, dan seiring berjalannya cerita, ia mencoba mengumpulkan sebanyak mungkin informasi mengenai Glade, Maze, dan alasan mengapa ia ditempatkan di sana. Tentu saja dengan begitu, informasi tidak langsung diberikan kepada pembaca, namun pembaca ikut mencari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Bukan hanya itu, setiap bab ditutup dengan sangat mengesankan. Akhir kalimatnya selalu membuat pembaca penasaran dengan kelanjutannya. Jujur saja, kalimat terakhirnya selalu membuat merinding. Dashner sangat-sangat sukses menempatkan cliffhangers dalam setiap bab ceritanya.
Dashner memiliki kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan detil dan mudah dimengerti, namun menakjubkan. Bagaimana ia mendeskripsikan udara, langit, dan perasaan Thomas. Bagaimana ia mendeskripsikan respon, dan ekspresi wajah orang lain. Semuanya dilakukan dengan sangat mendetil. Hal ini tentu memudahkan pembaca untuk membayangkan situasi yang diceritakan.
Pengembangan karakter juga dilakukan dengan sangat baik oleh Dashner. Setiap karakter memiliki sifat dan khas tersendiri. Hal-hal ini bisa dilihat dari respon tokoh-tokoh dalam cerita ini terhadap suatu masalah, gaya bicara. Semua karakternya terasa hidup.
Namun, beberapa bab awalnya terasa sedikit membosankan. Bab-bab introduksi tersebut terasa agak bertele-tele. Membuat pembaca bertanya-tanya, “apa konfliknya?”. Akan lebih baik jika pengenalan terhadap latar tempat dan tokoh dilakukan seiring dengan munculnya konflik-konflik kecil.
Buku ini juga diangkat menjadi sebuah film dengan judul yang sama, yaitu The Maze Runner. Namun sayang sekali, filmnya kurang menarik. Beberapa bagian diubah, dan pengembangan karakternya kurang baik. Setiap karakter seperti memiliki sifat yang sama. Bahkan sang antagonis juga tak sejahat apa yang diceritakan di novelnya.
Tetapi, kembali lagi pada fokus utama kita, novel The Maze Runner adalah sebuah novel yang sangat baik dan menarik! Bisa dibilang, novel ini adalah salah satu novel favorit saya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar