Kamis, 10 November 2016

REVIEW THE HOUSE of HADES

The House of Hades (Gerha Hades)


Palembang, 10 November 2016

Judul: The House of Hades (Gerha Hades)
Pengarang : Rick Riordan
Cetakan : 1, 2012
Penerbit : NouraBooks (Mizan Fantasy)



Setelah pembaca dibuat gemes dengan akhir menggantung di buku ketiga seri The Heroes of Olympus: Mark of Athena, Rick Riordan akhirnya menjawab rasa penasaran pembaca dengan menampilkan akhir yang memuaskan di buku keempat ini. Pertempuran besar antara manusia, demigod, dan dewa-dewi Olympus melawan pasukan Titan yang dipimpin oleh Dewi Gaia mulai menjelang. Aroma pertempuran begitu kental di udara, begitu intens di buku keempat ini, begitu rupa sehingga sebuah pertempuran epic nan luar biasa dahsyat antar para dewa pasti akan pecah di buku lima. Semoga buku kelima itu jauh lebih tebal dan lebih seru ketimbang buku kelima seri Percy Jackson, biar puas bacanya. Benar-benar tidak sabar menantikan buku kelima rilis.

Karena buku kelima masih lama, kita puas-puasin dulu dengan buku keempat yang menurut saya sangat memuaskan, benar-benar nggak bisa melepaskan diri sebelum menyelesaikan buku ini. Alur kisahnya sendiri terbagi menjadi dua. Kelompok 1 terdiri dari Jason, Frank, Leo, Hazel, Piper, dan Nico menaiki kapal Argonaut II bergerak dari Roma di Semenanjung Italia menuju reruntuhan Kuil Hades di Yunani. Sementara, kelompok 2 terdiri dari Percy dan Annabeth berpetualang menjelajahi bagian terbawah dari dunia bawah: Tartarus—tempat semua monster berasal. Kedua kelompok membawa misinya masing-masing, keduanya harus bertemu di Kuil Hades dan menutup Pintu Ajal yang telah dikuasai antek-antek Gaea. Musuh telah menyandera Sang Maut sehingga seluruh monster yang telah membuyar di Tartarus terus-menerus mampu mewujud kembali di dunia. Inilah langkah Gaea dalam pertempuran akbarnya.

Petualangan kelompok 1 sepertinya lebih menarik ketimbang petualangan di Tartarus yang begitu suram dan kelam. Kru Argonaut II harus menghadapi lemparan batu dari dewa-dewa gunung yang merupakan anak-anak Gaiea, melawan dewi angin utara dan saudara-saudaranya, bahkan Leo sempar terdampar di sebuah pulau yang membuatnya #ehem jatuh cinta. Bahkan, pembaca bakal dikejutkan oleh pengakuan Nico yang benar-benar tak terduga. Yakin deh, pembaca bakal terkejut dibuatnya. (#spoiler alert). Sementara kawan-kawannya berjuang menghadapi dewa-dewi alam suruhan Gaea. Percy dan Annabeth perlahan-lahan berusaha mencapai Pintu Ajal dari sisi Tartarus. Sebagai alam tempat asal monster, Tartarus adalah rahim dari kegelapan, tempat dimana kejahatan, monster, dan seluruh mahkluk-mahkluk jahat berkumpul, terurai, dan mewujud kembali. Keduanya harus berjuang melawan monster-monster yang telah mereka kalahkan, dengan kondisi tubuh yang lelah dan payah. Tetapi, persahabatan senantiasa menawarkan bantuan. Percy dan Annabeth bertemu Bob, seorang eh sesosok Titan yang mengalami amnesia dan lalu menjadi sahabat mereka.

Secara aksi, buku keempat ini banyak menyosot sisi psikologis dari ketujuh (atau delapan jika Nico dihitung) demigod kesukaan kita. Tentang Hazel yang belajar menguasai warisannya, Frank yang harus mengemban tanggung jawab baru, Jason yang harus memilih antara Yunani atau Romawi, Piper yang mempertanyakan kembali perannya dalam tim, Leo yang jatuh cinta, dan Nico yang harus menerima dirinya apa adanya. Semua demigod unyu ini seolah ditempa dan bertumbuh kembang dalam perjalanan mereka. Tentu saja, ceritanya tidak kemudian menjadi garing karena Riordan piawai sekali menyisipkan elemen kejutan dan adegan-adegan seru.

Nilai sangat plus dari buku ini adalah kesegarannya dalam membahas sesuatu yg kuno dengan cara yang sangat baru. Buku ini membuat pembaca muda dan tua mau membuka kembali pelajaran sejarah, khususnya tentang mitologi bangsa Yunani kuno. Dengan gayanya yang kocak, penulis mengisahkan bagaimana kondisi dewa-dewi Yunani-Romawi di zaman modern, empat sungai utama di Tartarus, kisah tentang para peramal Delphi, juga tokoh-tokoh yang banyak sekali bermunculan dalam mitologi Yunani. Jika dulu kita kesulitan mengingat siapa nama dewa perang Yunani Kuno, percayalah setelah membaca seri ini pembaca akan langsung mempu menjawabnya tanpa harus berpikir dua kali. Luar biasa om Rick Riordan ini, dia mampu mengubah topik sejarah yang tragis dan membosankan menjadi sebuah kisah fantasi yang menawan. Keunggulan buku ini masih ditambah dengan penggunaan sudut pandang POV orang pertama, bergantian antar tiap bab. Tidak sembarang penulis mampu menulis dengan teknik ini tanpa mencampur adukkan antar karakter. Kerenlah kau Om Rick!

Secara editing, typo di buku ini sangat minim, terjemahannya juga halus sekali, dengan diksi-diksi pilihan yang maknanya cocok. Pemilihan kata “Gerha Hades” untuk menerjemahkan frasa “the House of Hades” adalah bukti betapa sang penerjemah dan editor begitu peka dan dinamis dalam menerjemahkan. Sebuah tema bagus, ditulis dengan luar biasa bagus, diterjemahkan serta diedit dengan rapi (dan diresensi secara elok #uhuk) terbukti menghasilkan sebuah karya yang tidak hanya seru dan luar biasa keren, tapi juga begitu akrab dan tak terlupakan bagi mereka yang pernah membacanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar