Resensi: Percy Jackson #5 The Last Olympian
Palembang, 10 November 2016
Pengarang : Rick Riordan
Genre : Novel, Fantasy
Tebal : 466
Ukuran : 13 x 20
Penerbit : Mizan Fantasy
Cetakan : IV. Oktober 2010
ISBN : 978-979-433-590-1
Tanggal Beli : 14 Februari 2013
Pendapat ku =>
Perang Titan II udah dimulai, dan akhirnya Percy tau apa isi ramalan besar itu.
Kisah ini dimulai dengan ide nekat perkemahan blasteran untuk menghancurkan Putri Andromeda. Maka Percy dan Beckbendrof dipilih untuk melaksanakan misi ini. Semuanya ga berjalan lancar, pada akhirnya, Beckbendrof lah yang menjadi korban pertama dalam invasi Kronos ini.
Setelah berhasil kembali ke perkemahan blasteran, akhirnya Percy diberi tahu tentang ramalan besar yang selama ini dirahasiakan oleh Chiron. Bunyi ramalan tersebut bener-bener bikin Percy keki. Gimana gak keki, dia nya mungkin bakalan mati-_-
Karena hal itu, akhirnya Percy menyetujui rencana gila Nico. Yaitu “mandi di sungai Stix!” yah untuk membuat Percy kebal terhadap segala macam senjata, seperti Achilles salah satu pahlawan terbesar Yunani yang mati Cuma karena anak panah nancep di tumitnya. Sedih banget emang. Ga semudah itu buat madi disungai Stix, Percy bahkan sempat ditawan oleh Hades agar ramalan besar jatuh ketangan anaknya Nico. Tapi yah, pada akhirnya Percy berhasil juga..
Setelah itu, Percy dan segala isi perkemahan blasteran akhirnya pergi ke Manhattan untuk melindungi Gunung Olympus baru, yaitu Empire State Building. nah, aku suka banget style master Rick di cerita ini, yaitu menidurkan manusia dengan kekuatan dewa Hypno. Jadikan manusia gak tau apa yang terjadi. Menurut aku itu bener-bener great, jadi Master Rick ga perlu ngejelasin hal lain yang lebih ribet.
Buat aku setiap adegan perkelahian begitu memukau, begitu nyata. Aku benar-benar kaya lagi nonton TV. Setiap adegan yang aku baca, aku imajinasiin bahkan kadang ada yang sampe aku lakuin buat ngebuktiin kalau hal seperti itu emang real.
Aku nangis ketika adegan Silena pura-pura jadi Clarisse cuma untuk memancing anak Ares agar mau ikut bertarung dengan mereka. Khusus untuk mengalahkan Drakon yang hanya bisa dikalahkan oleh keturunan Ares. Ketika Clarisse marah-marah sama “Clarisse palsu” bisa-bisanya Silena ngelakuin hal kayak begitu. Dan ketika Silena menjelaskan semuanya, aku bahkan sampe tergugu bacanya. Buat aku semua pengorbanan itu indah :’)
Ketika invasi Kronos bener-bener udah susah banget buat dicegah, maka datanglah Prometheus sebagai utusan dari Kronos buat nego damai dengan Percy. Prometheus memberikan Percy benjana Pandora yang isinya hanya tinggal “Hope” –harapan– . prometheus dengan segala kemampuan persuasi nya berusaha meyakinkan Percy kalau bergabung dengan Kronos adalah jalan terbaik yang ada. Prometheus membiarkan Percy berfikir dan mengatakan apabila Percy setuju untuk menyerah, maka biarkanlah “Hope” pergi, bukalah benjana Pandora, dan lepaskanlah “hope” –coba baca cerita tentang benjana Pandora. Itu bakalan lebih mudahin kamu buat ngerti jalannya– yang selama ini membuat manusia masih bisa bertahan. aku agak ragu juga nih pas bagian ini, bisa-bisa nya aku kepikat kemampuan persuasif Prometheus-___- bisa-bisanya! Tapi, akhirnya Percy gak mengambil keputusan untuk membuka benjana Pandora, dan dia mengambil keputusan hebat dengan menitipkan benjana itu ke Hestia, dewi terakhir olympia. Dewi kehangatan dan dewi rumah. Dewi yang merupakan sumber kesenangan, karena no place like home :’)
Disisi lain, Rachel semakin gelisah. Semakin gak tau harus berbuat apa. Banyak visi aneh yanh didapatkannya, tapi dia gak bisa mengartikan semuanya. Setelah berpikir panjang, akhirnya Rachel meminta ayahnya untuk mengantarkannya ke Manhatta. Dia butuh berbicara dengan Percy.
Ketika keadaan udah semakin genting, Percy sadar apa yang menyebabkan Typhon begitu susah dilawan. Hal itu karena Dewa dan Dewi tidak menyatukan kekuatan mereka. Akhirnya bersama Grover dan annabeth, Percy pergi ke lantai 600 Empire State Building untuk duduk di singgasana ayahnya agar mendapat perhatian ayahnya. Percy got it. Setelah menjelaskan semua pemikirannya dengan ayahnya Percy akhirnya berhasil meyakinkan ayahnya untuk membantu saudaranya dalam mengalahkan Typhon.
Hari terakhir penginvasian Kronos. Kronos yang berupa Luke, akhirnya datang membawa segala bala tentaranya untuk menyerang empire state building. Bomb. Segala kekuatan yang dikerahkan Perkemahan blasteran, satir dan para pemburu Artemis luluh lantak sampai akhirnya Hades muncul. Hades muncul bersama helm of terror nya dan juga membawa Persephone dan Demeter.
Pertarungan berlangsung sengit bahkan tanpa sadar aku jadi nahan nafas sendiri it was great, aku ga tau gimana caranya master Rick menggambarkan suasana Perang yang begitu kompleks dengan kata-kata. Bener-bener great!
Pas bagian pertarungan terakhir.
Aku gak tau harus gimana, aku nangis. Aku sedih entah kenapa aku ngerasa sakit. Bagian pertempuran terakhir. Ketika Percy, Gorver dan annabeth melawan Kronos di ruang singgasana Olimpus, ketika Annabeth menjelaskan kepada Luke tentang ibunya, tentang kenapa ayahnya bersikap seperti itu. Luke sadar, dia bisa mengambil alih tubuhnya dari Kronos, Luke bahakan menunjukkan pengorban terakhirnya sebagai pahlawan dengan cara menusuk tepat di “titik Achilles” nya, tempat segala kehidupan fananya tertambatkan agar Kronos bisa ikut terbuyarkan bersamanya. Pertanyaan Luke tentang perasaan Annabeth kepada dia. Dan pujian untuk Grover dari Luke serta pesan terakhir Luke untuk Percy. It was really fuckin’ situation. I can’t hold my tears anymore. Aku sedih. Aku terpukul. Aku bener-bener ga tau kenapa bisa jadi gini. Untung aku ga depresi-_-
“Jiwa sang pahlawan, bilah terkutuk yang kan menghabisi.Satu pilihan akan akhiri usianya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar