[Review] Autumn In Paris by Ilana Tan
Palembang, 15 November 2016
Penulis : Ilana Tan
Genre : Metropop
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit : Juli-2007
Jumlah Halaman : 272 Halaman
Price : Rp 32.725,00
Genre : Metropop
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit : Juli-2007
Jumlah Halaman : 272 Halaman
Price : Rp 32.725,00
Hello friends ^^ akhirnya, aku kembali membaca ulang buku Autumn In Paris ini.. Sebelumnya, buku ini sudah pernah kubaca waktu awal terbit… Tapi, karena saat itu belum punya keinginan besar untuk review buku, jadilah buku ini kudiamkan begitu selesai kubaca
Jujur saja, buku ini masuk buku favoritku. Ilana Tan berhasil membuatku terpukau dengan tokoh kuat yang dibuatnya. Buku Ilana Tan yang pertama kali kubaca adalah Summer In Seoul…. dan buku Autumn In Paris adalah buku kedua yang aku baca
Jadi, aku bisa beri buku ini nilai 4 dari 5. Kenapa harus aku kasih nilai 4? Karena aku masih melihat beberapa typo di buku ini (maaf ya aku nggak bisa nyebutin typo nya karena aku baca ulang di ebook).
Kesukaanku pada buku ini karena setting latarnya di Paris, salah satu kota yang ingin banget aku kunjungi di dalam hidup ini! Kedua, ceritanya pun menarik, dan alurnya tidak bisa ditebak… Dan maaf aku mau bocorin, kalau buku ini sad ending
Aku suka sad ending, makanya aku suka buku ini. Nah, untuk ketidaksukaannya sih mungkin hanya terletak pada typo ya, dan gaya bahasa Ilana Tan yang memang agak kaku seperti buku terjemahan.. Anehnya, beberapa kalimat dibuat kaku dan beberapa kalimat tidak kaku. Tapi tidak masalah sih karena cerita yang menarik menutup kekurangannya.
Mau baca sinopsisnya? Nih, di bawah ini aku kasih ya :
Tara Dupont menyukai Paris dan musim gugur. Ia mengira sudah memiliki segalanya dalam hidup sampai ia bertemu Tatsuya Fujisawa yang susah ditebak dan selalu membangkitkan rasa penasarannya sejak awal.
Tatsuya Fujisawa benci Paris dan musim gugur. Ia datang ke Paris untuk mencari orang yang menghancurkan hidupnya. Namun ia tidak menduga akan terpesona pada Tara Dupont, gadis yang cerewet tapi bisa menenangkan jiwa dan pikirannya juga mengubah dunianya.
Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap pula arti putus asa arti tak berdaya Kenyataan juga begitu menyakitkan hingga mendorong salah satu dari mereka ingin mengakhiri hidup.
Seandainya masih ada harapan—sekecil apa pun—untuk mengubah kenyataan, ia bersedia menggantungkan seluruh hidupnya pada harapan itu.
Penasaran dengan buku ini? Aku tambahkan review dari aku ya :p
Tara Dupont, yang merupakan tokoh utama di buku ini, merupakan gadis yang cerewet dan ceria, ia juga tidak bisa diam. Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh sahabatnya sejak ia tinggal di Paris, Sebastien Giraudeau. Tara menyukainya, oleh sebab itu Tara kesal dengan Sebastien yang tidak menjemputnya di bandara.
Sebastien Giraudeau, sudah menganggap Tara sebagai adik sendiri. Ia pun selalu berkata bahwa Tara adalah perempuan nomor satunya. Sebastien memperkenalkan Tara pada teman kerjanya, Tatsuya Fujisawa. Di kali pertama, Tara tidak menyukai hal itu. Terlebih di saat Tara ingin berdua dengan Sebastien, mengapa ia malah mengajak orang lain ke dalam pertemuan nya?
Suatu hari, Tara sedang kesal dengan Sebastien yang tidak mau menemaninya makan demi orang-orangan sawah, eh maksudnya gadis yang sedang didekatinya, Juliette atau itulah namanya. Ayahnya pun berhalangan untuk menemaninya makan. Jadilah ia ke restoran seorang diri, namun ia malah menemukan Tatsuya. Ternyata, Tatsuya menyenangkan, tidak seperti yang dipikirkan Tara sebelumnya.
Tatsuya Fujisawa, membenci Paris karena kota tersebut telah mengembalikan luka lama yang berada jauh di lubuk hatinya. Pekerjaan terpaksa membawanya kembali ke Paris, juga untuk mencari seseorang.
Perlahan, rahasia demi rahasia mulai terkuak. Tatsuya juga sudah menemukan seseorang yang dicarinya. Ditambah, rahasia tersebut ternyata malah mempengaruhi rasa saling suka antara Tara Dupont dan Tatsuya Fujisawa. Mau tahu apa itu rahasianya? Yuk, temukan di buku ini
Dua kali baca, dua kali menangis. Ilana Tan memang hebat membuat buku ini
Dan, diantara semuanya, ada beberapa kalimat yang menarik menurutku, seperti di bawah ini :
“Duduk mengasihani diri sendiri juga tidak ada gunanya.”
Tatsuya merasa senang. Ia punya satu kelebihan dibandingkan Sebastien.
Senyum Tara melebar. Tatsuya Fujisawa benar-benar laki-laki yang lucu dan penuh kejutan.
“Segala tetek-bengek tentang jatuh cinta itu. Memangnya orang bisa jatuh cinta pada pandangan pertama?”
“Sebelumnya aku sudah tahu dia suka Paris, musim gugur (tentu saja!), Sungai Seine, sate kambing, cat kuku warna-warni, dan mengoceh panjang-lebar. Kemarin aku baru tahu dia juga suka nonton film-film klasik. Salah satu film favoritnya sepanjang masa, menurut pengakuannya, adalah Breakfast At Tiffany‟s. Tentu bisa ditebak juga bahwa Audrey Hepburn adalah aktris favoritnya dan Moon River adalah lagu kesukaannya. Kalian punya lagu itu? Bisa putarkan untuknya? Dia pasti senang sekali.”
“Aku ingin tahu apa yang dilakukannya sekarang? Kurasa dia sedang mendengarkan radio sambil bertopang dagu dan tersenyum-senyum sendiri. Nah, sekarang ia menaikkan alisnya karena heran, lalu keningnya berkerut. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya dan berpikir bagaimana aku bisa menebak dengan benar. Tentu saja aku tahu. Karena aku sering memerhatikannya. Karena sering memerhatikannya, tanpa sadar aku jadi mengenal semua kebiasaannya.”
Tara masih menatapnya dan berkata dengan nada lelah, “Kalau kau punya usul lain yang lebih baik, aku siap mendengarkan.”
“Aku tidak pernah menyesal mengenalmu,” gumam Tatsuya sekali lagi. “Percayalah padaku.”
“Hidup ini sungguh aneh, juga tidak adil. Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup mengempaskanmu begitu keras ke bumi. Ketika aku menyadari dialah satu-satunya yang paling kubutuhkan dalam hidup ini, kenyataan berteriak di telingaku dia juga satu-satunya orang yang tidka boleh kudapatkan. Kata-kataku ungkin terdengar tidak masuk akal, tetapi percayalah, aku rela melepaskan apa saja, melakukan apa saja, asal bisa bersamanya. Tetapi apakah manusia bisa mengubah kenyataan?
Tara mulai terisak. “Jangan marah padaku kalau aku menangis sekarang.” Ia menggeleng. “Biarkan aku menangis. Hari ini saja.” Ia menarik napas dengan susah payah. “Dengarkan aku. Tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja. Kau dengar aku, Tatsuya? Aku baik-baik saja.
Ia ingin Tara Dupont selalu bahagia. Walaupun itu berarti ia harus menyerahkan seluruh hidupnya.
Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu.
Nah, sudah, sampai sini dulu yaaaa teman-teman ^^ sampai bertemu lagi di review selanjutnya ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar