NICA ROTH (#3 DIVERGENT TRILOGY)
Palembang, 10 November 2016
Sudah lama rasanya saya tidak membaca novel lagi, terutama yang terjemahan. Ini buku keenam yang berhasil saya baca tuntas di tahun 2015, dari target-sok-saya di goodreads yakni 50 buku setahun *sigh*. Saya membaca novel ini selama 5 hari. Lumayan cepat jika saya bandingkan dengan kemampuan membaca saya dengan novel lain yang ketebalannya sama.
Kalau enggak salah harga novel ini 54ribu. Seingat saya dibeli dari Gramedia Solo bareng novel BUMI-nya Tere Liye. Dan entah karena apa saya baru tertarik membacanya setelah buku keduanya difilmkan. Betul, Insurgent.
Judul: Allegiant
Penulis: Veronica Roth
Penerbit: Mizan, Cetakan I Mei 2014
Penerjemah: Nur Aini dan Indira Briantri Asni
Tebal: 496 halaman
Penghargaan: New York Times Bestseller, Best Young Adult Fantasy and Science Fiction * Goodreads Choice Awards 2013.
Allegiant ini merupakan buku ketiga alias pamungkas dari trilogi Divergent. Ditulis olehVeronica Roth, orang New York yang sepertinya tinggal di Chicago. Kata dia sih, nulis trilogi ini dimulai tahun 2011, waktu dia masih kuliah, dan trilogi ini menjadi debutnya di dunia literasi. Hebat. Begitu dipublikasi, langsung melejit dan mengangkat namanya sebagai penulis muda yang cerdas.
Kalau kamu sudah baca buku keduanya, Insurgent, atau sudah nonton filmnya, tentu tidak asing dengan Tris, Tobias, Christina, Caleb, Peter, Uriah, dkk-nya itu. Novel ini ditulis dari dua sudut pandang, Tris, lalu Tobias alias Four secara bergantian. Kadang agak aneh memang, ketika sudah membaca di pertengahan, kemudian kamu bingung ini yang cerita ternyata si Tobias, bukan Tris seperti dugaan kamu sebelumnya. Nah, ganti-ganti sudut pandang setiap bab memang sedikit mengganggu bagi saya. Kecuali Veronica menulis beberapa bab awal untuk Tris lalu berikutnya baru Tobias, sehingga mungkin agak sedikit mendukung konsentrasi dan feel saya.
Di novel Allegiant ini kamu akan diceritakan kelanjutan perjuangan Tris dan kawan-kawannya untuk menyelamatkan kota simulasi mereka, Chicago. Jika di Insurgent akhir ceritanya menggambarkan orang-orang yang berbondong-bondong keluar kota, dugaan kamu salah. Dinovel Allegiant ini diceritakan bahwa kota telah dikuasai kelompok factionless, yang dalam sistemnya melarang orang-orang keluar kota dan justru memaksa mereka untuk tinggal, melanjutkan hidup dengan pemimpin baru. Lalu muncullah sekelompok pemberontak kecil yang membuat rencana keluar kota untuk menyelidiki apa yang sebenarnya berada di balik pagar kokoh pembatas kota mereka.
Apa yang mereka temukan di luar kota? Apakah memang hanya mereka manusia terakhir di bumi? Jawabannya ada di dalam novel ini. He-he.
Melalui Allegiant, Veronica menunjukkan kecerdasannya dalam menerapkan suatu metode penelitian laboratorium sederhana, dalam hal ini biologi, ke sebuah kehidupan manusia skala besar. Manusia diibaratkan sebagai objek eksperimen yang diberi perlakuan oleh peneliti sesuka mereka dengan dalih menyelamatkan gen manusia, untuk memperbaiki kehidupan.Simple idea but finally people worth it.
Novel ini bergenre fantasi, kata penerbitnya (mizan). Namun saya lebih suka menyebutnya dystopia. Ini saya kutipkan definisi dystopia atau distopia menurut wikipedia:
Distopia adalah masyarakat fiktif yang merupakan antitesis atau berlawanan dengan utopia. Masyarakat distopia umumnya hidup di bawah pemerintah yang totaliter atau otoriter, atau diawasi di bawah pengawasan sosial yang ketat dan menindas. Distopia biasanya terjadi pada masa depan bayangan atau sejarah alternatif, dan eksis akibat perbuatan manusia (merujuk kepada kesalahan yang dilakukan atau malah hanya merujuk kepada tindakan manusia yang sekadar berdiam diri dalam menghadapi masalah).
Cocok sekali dengan cerita dalam novel ini. Di goodreads, distopia pun sudah menjadi genre tersendiri. Jadi, tidak salah dong saya sebut novel ini bergenre distopia.
Jika diringkas, novel ini mengajarkan pada kita, melalui tokoh utama, Tris dan kawan-kawannya, tentang perjuangan, semangat, pengorbanan, cinta, kasih sayang, dan memaafkan. Dan sebagaimana novel pamungkas yang semestinya, novel ini memiliki bagian cerita yang mengguncang pembacanya, terutama penggemarnya yang sudah mengikuti jalan cerita dalam dua novel sebelumnya. Veronica Roth berani mengambil langkah tegas untuk ‘membunuh’ tokohnya. Bukan membunuh karakter yang saya maksud, tapi membunuh secara harfiah, yaitu menghilangkan nyawa. Padahal, pilihan seperti ini biasanya dihindari penulis, sebab akan mengecewakan pembaca yang sejak awal percaya bahwa tokoh ‘yang ini’ tidak akan mati alias hidup sampai akhir cerita, seperti misalnya Katniss pada buku terakhir The Mockingjay (Trilogy The Hunger Games). Namun, Veronica mengambil langkah besar itu, membunuh karakter dalam ceritanya, mungkin sebagian alasannya adalah untuk melawan arus mainstream penulis, sementara alasan yang lain, ia begitu percaya bahwa, ‘Pengorbanan yang sebenarnya adalah merelakan orang yang kamu cintai untuk mengorbankan dirinya sendiri’.
Penasaran siapa tokoh yang mati dalam Allegiant? Baca novelnya.
“Minggir, Katniss. Sekarang giliran Tris.” —USA Today.
Selamat membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar